Entah buku keberapa yang dibaca tahun ini, anaknya gak lagi rajin baca buku, Alhamdulillah haha. Tapi mari kita tulis dulu beberapa insightnya, sebelum keburu lupa. Judul bukunya Nunchi, karangan aseli dari Korea, tapi sayang banget terjemahannya agak jelek jadi lumayan loading waktu baca huhu. Nunchi nih kata yang sering banget aku denger kalo lagi nonton variety show, terjemahan kasar dari otak aku, nunchi nih artinya kepekaan. Ternyata gak salah-salah juga le ngartiin wkwk, karena di bawah judul Nunchi ada tulisan Seni Membaca Pikiran dan Perasaan Orang Lain. Sebenernya ada banyak aturan Nunchi yang ditulis di buku ini, tapi yang mau aku garis bawahi justru tentang mendengarkan, karena perkara mendengarkan ini diulang-ulang terus di buku ini. Insight pertama, di tengah hiruk pikuk teknologi, sering banget denger istilah mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, padahal menurut buku ini gak ada yang bisa menandingi pertemuan tatap muka. Kita sebagai manusia masih membutuhkan r
Entah buku ke berapa yang aku baca tahun ini, judulnya Berani Tidak Disukai. Setelah tahun kemarin baca Berani Bahagia, akhirnya baca sekuel pertama yang lebih hits. Keknya biasanya orang-orang baca buku ini dulu baru baca yang berani bahagia. Buku karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga ini ditulis pake konsep percakapan antara filsuf dengan seorang pemuda. Mari kita tulis beberapa insightnya di sini. Insight pertama, hidup kita bukanlah sesuatu yang diberikan oleh orang lain, tapi sesuatu yang kita pilih sendiri, dan kitalah yang bisa memutuskan bagaimana cara kita menjalani hidup. Tak peduli apapun yang telah terjadi dalam hidup kita sampai ke titik ini, seharusnya tidak ada hubungannya dengan cara kita hidup mulai saat ini. Bahwa kita, yang hidup di sini pada saat ini, menentukan kehidupan kita sendiri. Yang bisa kita lakukan sehubungan dengan hidup kita sendiri adalah memilih jalan terbaik yang kita yakini. Ukuran yang dikenakan orang lain pada pilihan tersebut, itu tugas mereka, b